🌿 Ketika Buku Menjadi Doa yang Tertulis

Saya sering berpikir: setiap buku pada dasarnya adalah doa yang dijilid.

Buku bukan hanya sekadar kumpulan kata dan paragraf. Buku adalah harapan yang ditulis, doa yang dibungkus, dan mimpi yang dilepaskan ke dunia.

Setiap kali saya menyelesaikan satu buku — Digital Entrepreneurship, Teori dari Desa, Model Manajemen Kewirausahaan Komunitas (CBEM) — saya sadar bahwa yang saya letakkan di dalamnya bukan hanya teori dan riset. Saya menaruh doa di setiap bab, setiap halaman, setiap kata.


📖 Saya berdoa agar buku itu dibaca oleh mereka yang membutuhkannya.
Saya berharap agar ilmu di dalamnya terus mengalir, bahkan setelah saya tak lagi menulis.

Karena buku, seperti doa, memiliki hidupnya sendiri.
Ia akan pergi ke tempat-tempat yang tidak pernah saya bayangkan. Ia akan dibaca orang-orang yang tak pernah saya temui. Ia akan menginspirasi, mengubah cara berpikir, atau sekadar menyalakan satu percikan ide dalam pikiran seseorang.


🌱 Setiap buku adalah sedekah jariyah.

  • Buku akan tetap berbicara saat kita diam.
  • Buku akan tetap berjalan saat kita berhenti.
  • Buku akan tetap mengajar saat kita sudah tiada.

✨ Saya menulis buku bukan untuk menambah deretan karya di CV. Saya menulis karena saya percaya kata-kata bisa menjadi jalan kebaikan. Dan jika ada satu buku saja yang membantu seseorang melihat dunia dengan cara berbeda, maka semua lelah menulis itu tidak sia-sia.


📢 Untuk siapa pun yang sedang menulis: ingatlah bahwa Anda sedang menulis lebih dari sekadar halaman. Anda sedang menulis doa untuk dunia.

Dan jika buku itu bermanfaat, maka doa itu akan terus terjawab – bahkan setelah penulisnya tak lagi ada.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *