Kita hidup di tengah zaman yang sering menawarkan solusi instan untuk masalah struktural. Tapi bagi saya, ketika berbicara tentang kewirausahaan komunitas, kita tidak bisa hanya bicara soal modal, pelatihan, atau teknologi. Kita harus mulai dari akar—dari manusia, relasi, dan nilai-nilai lokal. Dan itulah mengapa saya tertarik menggabungkan dua pendekatan penting: Etnografi Tindakan dan Model Manajemen Kewirausahaan Komunitas (MKK).
🔍 Mengapa Pendekatan Ini Penting?
Pengalaman saya mendampingi berbagai komunitas—baik desa maupun komunitas urban marginal—menunjukkan satu hal yang terus berulang: banyak inisiatif kewirausahaan gagal bukan karena kurang ide, tapi karena tidak sesuai dengan konteks sosial dan budaya masyarakatnya.
Kita datang dengan niat baik, dengan program pelatihan atau dana bantuan, tapi sering tanpa mendengarkan dulu bagaimana warga hidup, bekerja, dan bermimpi.
Di sinilah etnografi tindakan menjadi jembatan yang kuat. Ia bukan sekadar alat riset, tapi cara hadir, cara menyapa, cara kita belajar dari komunitas sambil berjalan bersama mereka menuju perubahan.
🌱 Apa Itu Etnografi Tindakan?
Secara sederhana, etnografi tindakan adalah perpaduan antara pendekatan antropologis (etnografi) dan penelitian intervensi (action research). Kita masuk ke dalam komunitas, mengamati dengan empati, lalu bersama mereka merancang dan menjalankan perubahan yang kontekstual.
Kita tidak membawa solusi dari luar, tapi ikut membangun solusi dari dalam.
Dan di sinilah pendekatan ini menyatu indah dengan Model Manajemen Kewirausahaan Komunitas (MKK).
📘 Sekilas tentang Model MKK
Model ini lahir dari keprihatinan terhadap banyaknya program wirausaha yang bersifat top-down. MKK dirancang untuk menjawab tantangan itu, dengan prinsip-prinsip:
- Pemahaman kontekstual dan pemetaan potensi lokal
- Partisipasi penuh warga dalam setiap tahap
- Kepemimpinan kolektif, bukan individu heroik
- Inovasi berbasis kearifan lokal
- Kewirausahaan sebagai alat transformasi sosial, bukan sekadar ekonomi
🧩 Ketika Etnografi Tindakan dan MKK Bertemu
Dalam praktiknya, etnografi tindakan dapat memperkuat semua tahap MKK, mulai dari pemetaan hingga evaluasi. Saya beri ilustrasi nyata dari salah satu komunitas dampingan:
🏡 Studi Kasus: Membangun UMKM Bambu Digital
Desa ini memiliki pengrajin bambu yang luar biasa. Tapi mereka kesulitan menjangkau pasar. Saat awal masuk, saya tidak langsung bicara soal “marketplace” atau “branding”.
Saya duduk dulu, mendengar cerita mereka, membantu membelah bambu, ikut menjemur hasil karya. Dari proses ini saya paham: masalahnya bukan sekadar promosi, tapi juga soal kepercayaan diri, bahasa visual, dan pemahaman desain.
Lewat diskusi kolektif, kami mulai membuat sesi belajar informal. Anak-anak muda desa diajak ikut, memotret produk, mencoba mengunggah ke Instagram, membuat narasi sederhana.
Lambat laun, pesanan mulai datang. Tapi lebih dari itu, semangat berubah. Ada rasa memiliki, ada rasa bangga. Salah satu pengrajin berkata, “Dulu saya hanya bikin untuk orang datang ke sini. Sekarang saya tahu karya saya bisa sampai ke luar kota.”
Itu bukan hanya soal usaha. Itu soal transformasi sosial.
🔄 Siklus Reflektif: Jiwa dari Etnografi Tindakan
Model integrasi ini berjalan dalam siklus berikut:
- Diagnosa sosial → Observasi lapangan dan wawancara terbuka
- Refleksi bersama → Diskusi warga, forum mini, mendengar aspirasi
- Tindakan kolaboratif → Intervensi mikro berbasis kesepakatan
- Evaluasi & pembelajaran → Apa yang berhasil, apa yang perlu diubah
- Skalabilitas & keberlanjutan → Mendorong komunitas memimpin perubahan
Siklus ini bukan satu kali jalan, tapi terus berulang dan tumbuh secara spiral.
💡 Mengapa Ini Relevan Hari Ini?
Di tengah gelombang digitalisasi, urbanisasi, dan krisis lingkungan, kita butuh model kewirausahaan yang berakar, bukan sekadar berkembang. Model yang tidak mengabaikan realitas sosial, tapi justru menjadikannya kekuatan.
Menggabungkan etnografi tindakan dengan MKK adalah langkah strategis menuju pengembangan komunitas yang bukan hanya mandiri secara ekonomi, tapi juga kuat secara sosial dan kultural.
✍️ Penutup Reflektif
Sebagai fasilitator, peneliti, atau pendamping, tugas kita bukan membawa cahaya, tapi menyalakan cahaya yang sudah ada di dalam komunitas. Etnografi tindakan mengajarkan kita untuk hadir dengan rendah hati, dan MKK memberi kerangka agar kehadiran itu menjadi perubahan yang terstruktur dan berkelanjutan.
Jika kewirausahaan adalah benih, maka etnografi tindakan adalah tanah yang subur, dan MKK adalah pupuk dan kerangka tanamnya.
Dan tugas kita? Menyirami dengan cinta, mendampingi dengan sabar, dan tumbuh bersama mereka.
Salam hangat,
Rohmat Sarman
Pemerhati wirausaha komunitas & riset transformasional
Hubungi Kami