Refleksi atas Pentingnya Pengetahuan Kontekstual dalam Membangun Model CBEM
Tidak semua teori lahir dari ruang kelas. Tidak semua kerangka berpikir dibangun dari hasil pengamatan statistik, grafik makroekonomi, atau simulasi laboratorium. Dalam banyak kasus, terutama di ranah pembangunan dan kewirausahaan komunitas, teori terbaik justru lahir dari pengalaman hidup, dari musyawarah warga, dari kesederhanaan yang konsisten menciptakan perubahan. Itulah mengapa teori seperti Community-Based Entrepreneurial Management (CBEM) tidak lahir dari pusat—melainkan dari pinggiran. Dari desa.
Mengapa desa? Karena desa menyimpan sesuatu yang sering diabaikan oleh kerangka teori modern: hubungan sosial yang hidup, solidaritas yang otentik, dan ketahanan berbasis nilai budaya. Dalam desa, kita menemukan praktik yang secara alamiah telah mengandung unsur manajemen, inovasi, hingga kewirausahaan—meski tidak selalu disebut dengan istilah akademik.
🪶 Pengetahuan Akademik Tidak Netral
Dalam sistem pengetahuan yang mendominasi dunia akademik saat ini, sering kali kita mengadopsi teori dari luar tanpa mempertanyakan konteks asal maupun relevansinya dengan kondisi lokal. Teori manajemen modern misalnya, dibangun atas dasar struktur hierarkis, efisiensi maksimal, dan orientasi laba. Nilai-nilai ini tidak keliru, tetapi sering kali tidak fit dengan praktik sosial di banyak komunitas pedesaan di Indonesia.
CBEM hadir sebagai respons terhadap kekosongan tersebut—ia mengisi celah antara praktik warga dan teori akademik. Lebih dari itu, CBEM adalah bentuk dekonstruksi terhadap dominasi teori top-down. Ia lahir dari kepercayaan bahwa desa bukan sekadar objek pembangunan, tetapi subjek yang mampu merumuskan teorinya sendiri.
🌱 Teori dari Desa: Bukan Antitesis, Tapi Sintesis
CBEM tidak menolak ilmu pengetahuan akademik, tetapi menyintesisnya dengan pengetahuan komunitas. Ia menggabungkan refleksi teoritis dan praktik lapangan. Misalnya, saat petani di P4S Bale Pare merumuskan sistem pelatihan berbasis praktik harian, sesungguhnya mereka sedang membangun model manajemen berbasis pengalaman. Ketika penyiar di NH FM menyusun agenda siaran bersama warga, itu adalah praktik partisipatif dalam perencanaan dan manajemen media.
Teori dari desa berarti menulis ulang epistemologi pembangunan. Bahwa suara warga, pengalaman komunitas, dan kebudayaan lokal layak menjadi dasar teori, bukan sekadar “data lapangan”.
🔍 Apa yang Membuat Teori CBEM Otentik?
- Dibentuk dari pengalaman warga, bukan dari asumsi luar
- Berorientasi pada keberlanjutan sosial, bukan hanya efisiensi ekonomi
- Menjunjung tinggi nilai kolektivitas, bukan kompetisi pasar
- Berbasis musyawarah dan relasi antarwarga, bukan struktur otoriter
Teori CBEM adalah narasi tandingan terhadap model manajemen korporat yang tidak selalu sesuai dengan realitas komunitas. Ia tidak berbicara tentang profit semata, tetapi tentang kehidupan bersama yang lestari.
✍️ Menulis Teori dari Pinggiran
Membangun teori dari desa bukan berarti mengerdilkan logika akademik. Justru sebaliknya—kita sedang memperkaya lanskap ilmu pengetahuan dengan memberi ruang pada pengalaman warga. Ini adalah bentuk keberanian epistemik: untuk percaya bahwa pengetahuan itu tidak hanya berada di pusat kota, tetapi juga di sawah, warung kopi, studio radio sederhana, dan forum warga.
Teori CBEM tidak ditulis untuk mengesankan dunia akademik. Ia ditulis karena lahir dari kebutuhan warga untuk mengelola hidupnya sendiri secara bermartabat.
📎 Artikel ini merupakan bagian dari #SeriIlmiahMKK di rohmatsarman.com
📣 Nantikan tulisan berikutnya: “Dari Musyawarah ke Manajemen: Awal Mula Model CBEM”
Hubungi Kami